Ditulis.ID – Semakin banyak, karyawan diminta untuk bekerja secara lintas fungsi secara matriks.
Tujuannya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas besar dan kompleks serta memberikan produk dan layanan inovatif kepada pelanggan.
Model ini bisa sangat efektif dan gesit. Ini juga memegang janji untuk mendorong kreativitas dan memungkinkan beragam pendapat berkembang.
Pada saat yang sama, bisa menyebabkan konflik dalam tim karena berbagai keselarasan:
- Goals
- Alur kerja
- Gaya komunikasi
- Harapan kepemimpinan
Jika tidak dikelola secara proaktif, konflik ini bisa menyebabkan:
- Kesalahpahaman
- Produktivitas lebih rendah
- Kegagalan proyek
- Keterlibatan karyawan berkurang
Ketika dikelola dengan baik, ketegangan ini bisa berfungsi sebagai katalis untuk kreativitas, yang mengarah ke pengalaman karyawan yang lebih baik, kemungkinan keberhasilan proyek yang lebih tinggi, dan hasil positif bagi tim, perusahaan, dan pelanggan.
Mari kita lihat apa itu konflik dalam tim dan pendekatan umum untuk itu. Kami juga akan memberi kamu tujuh langkah tentang bagaimana kamu bisa menyelesaikan dan mencegah konflik dalam tim di tempat kerja.
Daftar Isi
Apa Itu Konflik Dalam Tim?
Konflik dalam tim, atau konflik tempat kerja, adalah gangguan hubungan interpersonal. Ini terjadi antara dua atau lebih anggota kelompok.
Konflik dalam tim bisa terjadi antara:
- Dua karyawan (seperti dua tenaga penjualan)
- Satu pemimpin tim dan lainnya (seperti manajer penjualan dan manajer marketing yang mempunyai konflik antarpribadi)
- Lebih dari satu tim, seperti ketika tim jarak jauh mempunyai konflik grup dengan tim proyek lain
Ketika konflik hubungan seperti ini terjadi, bisa berdampak negatif pada kebugaran rohani seluruh tim, serta:
- Performa dan hasil tim
- Kerja tim
- Kinerja organisasi dan gerakan menuju goals
Konflik karyawan adalah bagian yang tak terhindarkan dari interaksi manusia.
Karena itu, para pemimpin harus mempunyai keterampilan resolusi konflik yang berkembang dengan baik. Ini akan memungkinkan mereka untuk dengan cepat dan efektif menyelesaikan situasi konflik dalam tim yang muncul.
Penyebab konflik dalam tim
Konflik dalam tim bisa muncul dalam sejumlah situasi karena berbagai alasan. Mari kita lihat tiga contoh konflik dalam tim dan penyebabnya:
1. Harapan dan tujuan kepemimpinan tidak selaras
Pemimpin mempunyai gaya yang berbeda dan mungkin mempunyai harapan mereka sendiri untuk tujuan proyek.
Idealnya, ada kesepakatan tentang ruang lingkup dan hasil proyek. Tetapi ini tidak selalu terjadi, terutama dengan proyek-proyek besar, kompleks, dan lintas fungsi.
Pemimpin mempunyai dampak besar pada tim mereka dalam hal harapan — tidak hanya pada apa yang harus dicapai tetapi bagaimana mencapainya. Hal ini bisa menyebabkan ketegangan dalam tim karena setiap individu berusaha untuk memenuhi kebutuhan pemimpin mereka.
2. Alur kerja antar organisasi tidak kompatibel
Ketidaksepakatan besar sering muncul ketika alur kerja atau antarmuka antar organisasi tidak disederhanakan.
Hal ini menyebabkan individu pada proyek untuk menangani misalignments internal. Tentu saja, ini memperlambat kemajuan pada hasil proyek yang sebenarnya.
Kejadian seperti itu bisa menyebabkan stres dan kecemasan, yang mengarah pada konflik di antara anggota.
3. Gaya kerja individu dan pendekatan komunikasi bervariasi
Ketika individu berkumpul menjadi sebuah tim, pasti ada perbedaan dalam cara mereka bekerja. Ada juga perbedaan dalam cara mereka berkomunikasi dan bagaimana mereka berinteraksi.
Ada penelitian yang terdokumentasi dengan baik bahwa tim yang beragam memberikan hasil yang lebih baik. Namun, bentrokan kepribadian masih bisa muncul.
Pendekatan umum untuk resolusi konflik dalam tim
Perspektif dan pengalaman individu yang berbeda bisa menyebabkan salah satu dari tiga gaya resolusi konflik:
1. Menghindari
Pendekatan umum untuk menyelesaikan konflik adalah dengan tidak menyelesaikannya sama sekali.
Sebaliknya, beberapa akan lebih memilih untuk menghindari menghadapi situasi sama sekali. Ini sangat umum jika mereka memandang konflik sebagai serangan pribadi terhadap karakter mereka.
Pendekatan terhadap konflik pribadi ini biasanya tidak menghasilkan hasil yang menguntungkan. Ini karena konflik yang mendasarinya terus ada.
Namun, penghindaran bisa menjadi strategi yang membantu untuk mengurangi energi negatif dalam suatu situasi, kembali ke masalah di lain waktu.
2. Mendominasi
Pendekatan yang berlawanan dengan penghindaran adalah dominasi. Di sinilah seseorang yang terlibat dalam konflik kepribadian atau bahkan konflik fungsional tidak melihat jawaban lain atas ketidaksepakatan itu selain jawaban mereka sendiri.
Ini sering digambarkan sebagai pendekatan ‘jalan saya atau jalan raya’.
3. Berkompromi
Yang terbaik dari ketiga strategi resolusi konflik dalam tim ini adalah berkompromi.
Ini melibatkan kedua belah pihak menyetujui goals bersama dan kemudian mengakui elemen argumen mereka sampai mereka berdua bisa menemukan cara yang masuk akal ke depan.
Kompromi bisa jadi sulit, dan itu memang membutuhkan sejumlah kecerdasan emosional. Hal ini terutama berlaku untuk memahami perspektif orang lain.
Bisakah konflik dalam tim itu bermanfaat?
Meskipun istilah “konflik” cenderung berkonotasi negatif, tidak semua situasi konflik muncul dari konflik negatif.
Bahkan, beberapa bentuk konflik dalam tim sebenarnya bisa memberikan hasil yang positif. Ini terjadi ketika pihak-pihak yang tidak setuju mencapai kesimpulan yang menempatkan masing-masing dari mereka pada posisi yang lebih baik daripada di mana mereka memulai. Ini akan dikenal sebagai konflik konstruktif.
Misalnya, bayangkan dua anggota tim terlibat dalam konflik tugas.
Satu pihak percaya bahwa ide terbaik adalah menyelesaikan tugas secepat mungkin. Yang lain diatur untuk memberikan hasil terbaik, terlepas dari berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Situasi seperti ini seringkali bisa mengarah pada hasil di mana keduanya bisa menemukan metode kerja yang meningkatkan efektivitas dan kualitas kerja. Tanpa konflik yang mendidih, mereka mungkin menemukan kecepatan yang lebih besar juga.
Ini hanya terjadi melalui komunikasi terbuka dan diskusi tim yang efektif.
Artinya, hasil dari ketidaksepakatan tersebut sebenarnya adalah peningkatan efektivitas tim.
Pentingnya mengelola konflik dalam tim
Konflik dalam tim berdampak pada kesehatan emosional dan mental serta kesejahteraan individu. Ini bisa mempunyai implikasi biaya dan produktivitas yang parah.
Menurut CPP Global Human Capital Report, rata-rata karyawan menghabiskan 2,1 jam setiap minggu untuk menangani konflik dalam tim. Itu sama dengan satu hari penuh setiap bulan, atau dua setengah minggu setahun dalam kehilangan produktivitas.
Untuk AS saja, itu berarti 385 juta hari kerja dihabiskan setiap tahun sebagai akibat dari konflik di tempat kerja.
Ketika konflik dalam tim terjadi, mereka bisa mengambil korban emosional pada karyawan yang mengarah ke:
- Ketidakhadiran/Absen
- Meningkatnya stres
- Kecemasan
- Keterlibatan dan pergantian karyawan yang lebih rendah
Faktor-faktor ini pada akhirnya mempengaruhi produktivitas dalam jangka waktu yang lama.
Cara mengatasi konflik dalam tim
Jadi, bagaimana kamu mengubah konflik dalam tim yang berpotensi merugikan menjadi dasar bagi kreativitas dan pertumbuhan tim?
Inilah beberapa kabar baik: masing-masing dari kita mempunyai kemampuan untuk memengaruhi hasil ini. Dengan pola pikir, keterampilan, dan dukungan yang tepat, kamu mempunyai kesempatan untuk mengubah dinamika konflik dalam tim yang destruktif. Dengan latihan, ada juga kemampuan untuk menghindarinya di masa depan sama sekali.
Berikut adalah tujuh cara mengelola konflik dalam tim secara produktif dan menciptakan perubahan positif:
1. Temukan tanda-tanda konflik dalam tim
Belajarlah untuk mengenali tanda-tanda awal konflik dan mengatasinya saat itu terjadi.
Banyak individu dan pemimpin cenderung menolak konflik. Namun, penyelesaian konflik yang tepat waktu membuat masalah tidak berlarut-larut. Ini mencegah dampak apa pun pada produktivitas dalam jangka panjang.
Mempelajari cara melakukan diskusi serius di tempat kerja adalah kunci untuk bisa menghadapi masalah ini ketika muncul.
2. Bicaralah dengan anggota tim secara individu
Jangan berpihak. Asumsikan niat positif orang lain dan bawa pola pikir keingintahuan dan diskusi.
Buka opsi untuk resolusi oleh anggota tim, dorong mereka untuk menemukan kesamaan.
3. Fokus pada hubungan
Ketika kamu ingat bahwa hubungan dengan kolega kamu adalah kunci untuk kolaborasi dan produktivitas yang berkelanjutan, akan lebih mudah untuk mendekati konflik hanya sebagai diskusi untuk dilakukan menuju goals dan hasil bersama.
4. Buat rencana
Berurusan dengan konflik dalam tim membutuhkan lebih dari sekedar memahami sudut pandang setiap orang. Ini membutuhkan pemimpin tim untuk merancang rencana untuk menyelesaikan konflik, bahkan jika itu membutuhkan kompromi dari anggota tim kamu.
Membiarkan konflik yang belum terselesaikan di atas meja akan mempunyai dampak negatif jangka panjang pada organisasi. Kamu bisa menjamin bahwa konflik serupa akan muncul di masa depan.
5. Tindak lanjut
Pastikan untuk menindaklanjuti dengan mereka yang terlibat dalam situasi konflik. Kamu mungkin akan melihat peningkatan dalam dinamika tim setelah konflik diselesaikan.
6. Berinvestasi dalam pengembangan keterampilan
Keterampilan untuk menavigasi dan mengelola konflik secara efektif bisa dipelajari oleh siapa saja. Hal ini sering dilakukan melalui program pelatihan dan diperkuat dengan pembinaan kepemimpinan.
Fokus pada pengembangan kemampuan tim kamu untuk menyelesaikan konflik di antara mereka sendiri. Ini akan meminimalkan kebutuhan kamu untuk campur tangan di masa depan.
7. Hindari sejak awal
Budaya harapan bisa menjadi alat yang ampuh untuk mendukung cara yang sehat dalam menangani konflik dalam tim, dan bahkan mencegah konflik agar tidak pernah terjadi. Budaya seperti itu mengutamakan:
- Peran dan tanggung jawab yang ditentukan dengan jelas
- Kerangka keputusan yang dipahami dengan jelas
- Pemodelan kepemimpinan
- Membangun keterampilan
Pelajari cara mengelola konflik dalam tim
Belajar menyelesaikan konflik destruktif bisa jadi sulit.
Ini melibatkan mengesampingkan emosi kamu sendiri. Ini juga membutuhkan upaya untuk memahami perspektif berbeda yang dibawa anggota tim kamu ke meja.
Namun, dengan tujuh langkah ini, kamu akan berhasil menciptakan dinamika tim yang kohesif:
- Temukan tanda-tanda konflik
- Bicaralah dengan anggota tim secara individu
- Fokus pada hubungan
- Buat rencana
- Menindaklanjuti
- Berinvestasi dalam pengembangan keterampilan
- Hindari sejak awal