
Ditulis.ID – FOMO dan JOMO adalah dua konsep psikologis yang muncul sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan media sosial. FOMO atau “fear of missing out” merujuk pada perasaan cemas dan takut kehilangan pengalaman atau kesempatan yang dirasakan oleh seseorang ketika mereka melihat orang lain melakukan aktivitas yang menarik di media sosial. Fenomena ini menjadi semakin umum seiring dengan kemajuan media sosial dan teknologi, yang membuat orang semakin terhubung satu sama lain dan mendorong perbandingan sosial.
Di sisi lain, JOMO atau “joy of missing out” adalah konsep yang berlawanan dengan FOMO. JOMO merujuk pada perasaan senang dan puas yang dirasakan oleh seseorang ketika mereka memilih untuk tidak mengikuti aktivitas yang sedang populer di media sosial atau di lingkungan sosial mereka. Ini bisa terjadi ketika seseorang memilih untuk menghabiskan waktu untuk diri sendiri atau menghindari situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman atau stres.
Meskipun keduanya adalah reaksi emosional terhadap situasi sosial yang berbeda, FOMO dan JOMO bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang. FOMO bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak terhubung, sedangkan JOMO bisa membantu seseorang merasa lebih bahagia, produktif, dan terhubung dengan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara FOMO dan JOMO, dan mencari keseimbangan antara kebutuhan sosial dan kebutuhan pribadi.
Kehidupan modern seringkali membuat manusia merasa tertekan dengan perbandingan diri dengan orang lain. Terutama ketika melihat postingan media sosial orang lain yang tampak sukses dan bahagia. Rasa ingin tahu dan keinginan untuk terus mengikuti apa yang sedang dilakukan orang lain menjadi semakin besar. Fenomena ini dikenal sebagai FOMO (Fear Of Missing Out). Namun, seiring dengan munculnya FOMO, ada juga JOMO (Joy Of Missing Out) yang mulai popular. Dalam artikel ini akan dijelaskan pengertian, perbedaan dan tips untuk mengatasi FOMO dan mengadopsi JOMO.
Daftar isi
Mengapa Penting Untuk Memahami FOMO Dan JOMO

Penting untuk memahami FOMO dan JOMO karena dua keadaan perasaan ini bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang. FOMO, atau rasa takut kehilangan sebuah kesempatan atau kegiatan yang dianggap penting oleh orang lain, bisa menyebabkan kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Seseorang yang terlalu terobsesi dengan FOMO bisa kehilangan fokus pada dirinya sendiri dan mengabaikan kebutuhan dan tujuan pribadinya. Oleh karena itu, dengan memahami FOMO, seseorang bisa mengambil langkah-langkah untuk mengurangi stres dan kecemasan, dan menemukan keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan sosial.
Di sisi lain, JOMO, atau rasa senang dan damai karena bisa menikmati waktu sendiri dan melakukan hal-hal yang dianggap penting bagi diri sendiri, juga penting untuk dipahami. JOMO bisa membantu seseorang memperkuat hubungan sosial dengan menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yang dianggap penting oleh diri sendiri. JOMO juga bisa meningkatkan kreativitas seseorang dan membantu menemukan kepuasan dalam diri sendiri. Dengan memahami pentingnya JOMO, seseorang bisa belajar untuk mengeksplorasi minat dan kegiatan baru, memperkuat hubungan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan mental dengan menemukan keseimbangan antara kebutuhan sosial dan kebutuhan pribadi.
Apa itu FOMO
FOMO adalah keadaan perasaan takut ketinggalan yang muncul ketika seseorang melihat orang lain sedang melakukan aktivitas atau merayakan suatu hal yang tidak bisa diikuti. FOMO terkadang menyebabkan seseorang merasa cemas dan kurang puas dengan hidupnya. Contoh situasi yang memicu FOMO di antaranya melihat teman yang liburan di luar negeri, keluarga yang berkumpul ketika momen penting, atau rekan kerja yang terlihat sukses.
Contoh Situasi Yang Memicu FOMO
FOMO bisa muncul dalam berbagai situasi, mulai dari hal-hal yang sepele hingga yang lebih serius. Misalnya, ketika melihat teman atau kerabat yang bepergian ke tempat yang menarik atau acara yang eksklusif, seseorang mungkin merasa tertekan dan merasa harus ikut serta. FOMO juga bisa muncul di media sosial, ketika seseorang melihat postingan teman-teman yang berada di tempat yang menyenangkan atau menghadiri acara yang dianggap penting.
FOMO juga bisa terjadi dalam lingkup profesional, ketika seseorang merasa harus terlibat dalam proyek atau pekerjaan tertentu untuk mendapatkan pengakuan atau dianggap sukses. Ketika melihat rekan kerja atau pesaing yang berhasil dalam bidang yang sama, seseorang mungkin merasa tertekan dan merasa harus mengikuti jejak mereka. Dalam situasi seperti ini, FOMO bisa menjadi sangat merusak bagi kesehatan mental seseorang, menyebabkan kecemasan dan stres yang berlebihan.
FOMO juga bisa terjadi dalam hubungan sosial, terutama ketika seseorang merasa bahwa mereka kehilangan hubungan yang berarti. Misalnya, ketika melihat teman-teman yang berkumpul tanpa diundang atau melihat pasangan mantan yang sedang bersenang-senang, seseorang mungkin merasa kesepian dan merasa harus mencari cara untuk menghindari rasa kesepian tersebut. FOMO dalam hubungan sosial bisa menyebabkan seseorang merasa tidak aman dan merasa harus terus bersosialisasi untuk menghindari perasaan kesepian.
Dalam beberapa kasus, FOMO juga bisa muncul dalam konteks pembelian barang atau produk tertentu. Misalnya, ketika melihat teman-teman mempunyai barang atau produk terbaru yang sedang tren, seseorang mungkin merasa tertekan dan merasa harus membeli barang tersebut juga agar tidak ketinggalan. Fenomena seperti ini sering disebut sebagai “konsumsi terkendali” atau “konsumsi sosial”, dan bisa menjadi masalah serius jika seseorang terlalu sering terjebak dalam pola perilaku tersebut.
Dampak Negatif FOMO Terhadap Kesehatan Mental
FOMO bisa mempunyai dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental seseorang. Kecenderungan untuk merasa tertekan atau khawatir karena rasa takut ketinggalan atau merasa bahwa kita harus terlibat dalam setiap kegiatan bisa menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Kondisi ini bisa mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan dan menyebabkan seseorang merasa tidak bahagia atau tidak puas dengan hidup mereka.
FOMO juga bisa mempengaruhi kualitas tidur seseorang, karena kekhawatiran dan kecemasan yang terus-menerus bisa mengganggu pola tidur yang sehat. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mental seseorang secara keseluruhan. FOMO juga bisa memperburuk kondisi mental yang sudah ada, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan bipolar.
Dalam beberapa kasus, FOMO juga bisa menyebabkan seseorang mengambil keputusan yang buruk atau tidak sehat, seperti merokok atau minum alkohol berlebihan, karena merasa perlu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang merayakan perilaku tersebut. Fenomena seperti ini bisa menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang dan bisa memperburuk kondisi mental seseorang.
Ketika seseorang terus-menerus merasa tertekan atau khawatir karena rasa takut ketinggalan atau merasa harus terlibat dalam setiap kegiatan, bisa mengarah pada kelelahan mental dan kelelahan emosional yang kronis. Hal ini bisa menyebabkan seseorang merasa kehilangan semangat hidup dan kurang produktif dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengatasi FOMO dan mencari keseimbangan antara kebutuhan sosial dan kebutuhan pribadi untuk menjaga kesehatan mental yang baik.
Apa Itu JOMO
JOMO atau Joy Of Missing Out adalah kebalikan dari FOMO. JOMO adalah perasaan gembira dan puas ketika seseorang memilih untuk tidak terlibat dalam suatu kegiatan atau merasa nyaman dengan pilihan yang mereka buat. Perbedaan utama antara FOMO dan JOMO adalah bahwa FOMO merujuk pada perasaan khawatir dan tertekan karena merasa harus terlibat dalam kegiatan, sedangkan JOMO merujuk pada perasaan bahagia dan puas ketika seseorang memilih untuk tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
Manfaat positif JOMO terhadap kesehatan mental adalah bahwa hal ini bisa membantu seseorang untuk mengurangi stres dan kecemasan. Ketika seseorang merasa nyaman dengan keputusan yang mereka buat dan tidak merasa tertekan untuk terlibat dalam setiap kegiatan, hal ini bisa membantu mereka merasa lebih santai dan tenang. Dalam jangka panjang, hal ini bisa membantu meningkatkan kesehatan mental dan meredakan gejala stres dan kecemasan yang terkait dengan FOMO.
JOMO juga bisa membantu seseorang merasa lebih produktif dan fokus pada tujuan mereka. Ketika seseorang tidak merasa terganggu oleh kegiatan yang tidak penting atau merasa tertekan untuk terlibat dalam semua kegiatan, hal ini bisa membantu mereka fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup mereka dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, JOMO juga bisa membantu seseorang merasa lebih terhubung dengan diri mereka sendiri dan merenung tentang nilai-nilai dan tujuan yang mereka anggap penting dalam hidup mereka.
Ketika seseorang memilih untuk mengambil waktu untuk diri sendiri dan menikmati momen ketika mereka tidak terlibat dalam kegiatan, hal ini bisa membantu mereka merasa lebih bahagia dan puas dengan hidup mereka. JOMO adalah tentang merayakan keputusan yang seseorang buat dan merasa bahagia dan puas dengan pilihan tersebut. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali perbedaan antara FOMO dan JOMO dan mencari keseimbangan antara kebutuhan sosial dan kebutuhan pribadi untuk menjaga kesehatan mental yang baik.
Tips Mengatasi FOMO Dan Mengadopsi JOMO
Mengatasi FOMO dan mengadopsi JOMO membutuhkan kesadaran dan upaya yang konsisten. Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu:
- Menerima dan memahami diri sendiri. Ketika seseorang menerima dirinya sendiri dan memahami keadaannya, maka dia akan lebih mudah merasa puas dengan hidupnya.
- Mengelola ekspektasi diri sendiri. Seseorang harus memahami batasan dirinya dan menerima bahwa tidak mungkin bisa melakukan semua hal yang diinginkan.
- Menciptakan batasan waktu untuk penggunaan media sosial.Menghabiskan waktu terlalu lama di media sosial bisa memperparah FOMO. Oleh karena itu, penting untuk membuat batasan waktu dan menghindari terlalu sering melihat postingan orang lain di media sosial.
- Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Seseorang harus belajar untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, dan memfokuskan perhatian pada dirinya sendiri dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Mencari waktu untuk menikmati keadaan sendiri. Menikmati waktu sendiri dan melakukan aktivitas yang dianggap penting bisa membantu mengurangi stres dan membuat seseorang merasa bahagia.
FAQ Seputar FOMO Dan JOMO
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering ditanyakan terkait artikel “Apa Itu FOMO dan JOMO? Simak Penjelasannya dan Tips Mengatasi Keduanya”:
Apa itu FOMO dan JOMO?
FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yaitu rasa takut atau cemas jika melewatkan sebuah kesempatan atau kegiatan yang dianggap penting oleh orang lain. Sementara JOMO adalah singkatan dari Joy of Missing Out, yaitu rasa senang dan damai karena bisa menikmati waktu sendiri tanpa merasa tertekan untuk melakukan sesuatu.
Apa bedanya FOMO dan JOMO?
FOMO dan JOMO adalah dua keadaan perasaan yang bertolak belakang. FOMO mengacu pada rasa cemas dan takut melewatkan kesempatan atau kegiatan yang dianggap penting oleh orang lain, sedangkan JOMO mengacu pada rasa senang dan damai karena bisa menikmati waktu sendiri dan melakukan hal-hal yang dianggap penting bagi diri sendiri.
Apa dampak dari FOMO dan JOMO pada kesehatan mental?
FOMO bisa menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres, sementara JOMO bisa meningkatkan kreativitas dan membantu memperkuat hubungan sosial.
Bagaimana cara mengatasi FOMO dan mengadopsi JOMO?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi FOMO dan mengadopsi JOMO, antara lain: belajar mengenali dan mengendalikan emosi, menentukan prioritas dan menghindari tekanan untuk selalu berada di tempat yang sedang ramai, membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, dan mencari waktu untuk menikmati keadaan sendiri.
Apakah FOMO dan JOMO berdampak pada kehidupan sosial seseorang?
Ya, FOMO dan JOMO bisa mempengaruhi kehidupan sosial seseorang. FOMO bisa membuat seseorang merasa tertekan dan cemas jika tidak berada dalam sebuah aktivitas yang dianggap penting oleh orang lain, sementara JOMO bisa meningkatkan kreativitas dan memperkuat hubungan sosial dengan menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yang dianggap penting oleh diri sendiri.
Kesimpulan
Penting untuk diingat bahwa FOMO dan JOMO adalah fenomena psikologis yang sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. FOMO bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan merusak hubungan sosial, sedangkan JOMO bisa membantu seseorang merasa lebih bahagia, produktif, dan terhubung dengan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara FOMO dan JOMO, dan mencari keseimbangan antara kebutuhan sosial dan kebutuhan pribadi.
Dalam rangka mengatasi FOMO, ada beberapa tips yang bisa dicoba, seperti membatasi penggunaan media sosial, belajar untuk mengatakan tidak, dan merencanakan waktu untuk diri sendiri. Sementara itu, untuk mengadopsi JOMO, kita perlu memahami nilai-nilai dan tujuan yang penting dalam hidup kita, dan memprioritaskan waktu untuk diri sendiri dan kegiatan yang benar-benar penting. Dengan mempraktekkan tips ini, kita bisa meredakan dampak negatif FOMO dan meningkatkan kesehatan mental kita secara keseluruhan.
Akhirnya, mengadopsi sikap JOMO bisa membantu kita menemukan kebahagiaan dalam hidup kita. Saat kita belajar untuk menikmati waktu untuk diri sendiri dan merasa bahagia dengan pilihan yang kita buat, kita bisa merasa lebih terhubung dengan diri kita sendiri dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Oleh karena itu, sebagai pembaca, mari kita mempraktekkan tips mengatasi FOMO dan mengadopsi sikap JOMO dalam hidup kita untuk mencapai keseimbangan yang baik antara kebutuhan sosial dan pribadi.