
Kabupaten Tanah Toraja di Sulawesi Selatan, merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang terbaik. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat ritual adat yang masih sangat dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat setempat, sejak ratusan tahun lalu. Ritual adat kematian adalah ritual yang sering didengar dan dikaitkan dengan tempat ini.
Meski terdengar menyeramkan, namun ritul tersebut bermakna untuk menghormati leluhur dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal hingga mancanegara untuk melihat ritual secara langsung. Beberapa tempat yang wajib anda kunjungi saat berada disini antara lain desa Ke’te Kesu dan desa Sakonbong, dimana anda dapat melihat kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja yang tinggal di rumah panggung khas mereka. Satu lagi tempat yang tidak boleh anda lewatkan adalah Londa, dimana anda dapat melihat barisan tulang yang berjajar rapi dan dirawat dengan baik oleh masyarakat lokal.
Struktur Sosial Toraja
Di Toraja, warga setempat mengenal dan berpegang teguh pada tiga jenis afiliasi utama yakni keluarga, kelas dan agama.
Keluarga: Keluarga adalah fungsi sosial utama di Toraja, yang masing-masing desa dianggap sebagai satu keluarga besar. Kekerabatan antara keluarga adalah timbal balik dengan setiap anggota desa yang membantu pertanian, ritual kerbau dan lain sebagainya.

Kelas: Bila pada kebanyakan keluarga garis keturunan didasarkan pada garis ayah, maka di Toraja garis keturunan didasarkan pada ibu untuk menentukan golongan kelas sang anak. Ada tiga tingkat kelas masyarakat yang dianut di Toraja yakni bangsawan, rakyat jelata dan budak. Untuk kategori budak sudah dihapuskan sejak tahun 1909, dan setiap wanita dapat menikah untuk memperbaiki status sosialnya.
Agama: Sistem kepercayaan asli Toraja disebut Aluk Todolo. Meskipun mayoritas orang Toraja sekarang mengidentifikasi sebagai orang Kristen, mereka terus mengikuti kepercayaan Aluk yang percaya bahwa dunia terdiri dari tiga bagian: dunia atas (surga), dunia manusia (bumi), dan dunia bawah.
Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari surga melalui tangga, yang kemudian digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dengan sang pencipta. Aluk Todolo bukan hanya sistem kepercayaan, tapi kombinasi hukum, agama dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan sosial, praktik pertanian dan ritual leluhur.